Perempuan dan Iklim: Kohati Cabang Sukoharjo Bersama PSA Bocah Pintar Gelar Aksi Peduli Lingkungan Lewat Diskusi dan Pembuatan Biopori
ANEKAFAKTA.COM,Karanganyar
Dalam upaya meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan perempuan muda, Korps HMI-Wati (Kohati) Cabang Sukoharjo menggelar kegiatan kolaboratif bertajuk Puspa Iklim (Perempuan Sukoharjo Peduli Iklim) bersama Pusat Studi Anak (PSA) Bocah Pintar. Acara ini berlangsung di kawasan Jaten, Karanganyar, dengan menghadirkan dua agenda utama: diskusi ruang hijau dan praktik pembuatan lubang biopori.
Kegiatan ini menjadi bagian dari gerakan edukasi sekaligus aksi nyata untuk menanggapi persoalan krisis iklim yang semakin terasa dampaknya di masyarakat. Fokus kegiatan ini tidak hanya pada lingkungan secara umum, tetapi juga pada peran strategis perempuan dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Fokus Diskusi: Perempuan dalam Pusaran Krisis Iklim
Diskusi ruang hijau menghadirkan dua narasumber, yaitu Yunda Nining dan Kanda Rohadi, yang membahas keterkaitan antara perempuan dan perubahan iklim dari berbagai sudut pandang. Dalam penyampaian materinya, Yunda Nining menekankan bahwa perempuan seringkali menjadi kelompok paling terdampak dari bencana iklim, terutama dalam konteks sosial ekonomi. Ia mencontohkan bagaimana kekeringan, banjir, dan pencemaran lingkungan berdampak pada kehidupan sehari-hari perempuan, terutama mereka yang hidup di wilayah rawan atau marginal.
"Ketika terjadi krisis air bersih atau gagal panen, perempuanlah yang paling terbebani dalam mengatur kebutuhan rumah tangga. Tapi di sisi lain, perempuan juga punya potensi luar biasa sebagai agen perubahan," ujar Nining.
Sementara itu, Kanda Rohadi menyampaikan urgensi pelibatan generasi muda dalam membangun kesadaran ekologi. Menurutnya, kampanye lingkungan akan lebih efektif jika menyasar kelompok muda dan dilakukan secara partisipatif.
"Gerakan lingkungan tidak bisa hanya bersifat simbolik. Harus ada aksi konkret dan kolaborasi lintas kelompok," jelasnya. Diskusi ini juga diwarnai tanya jawab aktif dari para peserta, yang sebagian besar merupakan kader Kohati, pengajar PSA Bocah Pintar, serta warga sekitar. Para peserta mengangkat berbagai isu lokal seperti pengelolaan sampah, minimnya ruang terbuka hijau, hingga pentingnya edukasi lingkungan sejak usia dini.
Sambutan Kohati: Lingkungan adalah Tanggung Jawab Bersama
Ketua Umum Kohati Cabang Sukoharjo, Sabna Aish Tartila, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal dari program berkelanjutan yang akan terus dijalankan oleh Kohati.
"Perempuan memiliki peran penting terutama di kalangan anak muda. Pembuatan biopori ini merupakan langkah awal dari inisiasi Puspa Iklim yang akan terus berkelanjutan. Gerakan lingkungan ini bukan sebuah pilihan melainkan kebutuhan. Bumi yang kita tinggali ini hanya pinjaman dari nenek moyang dan akan dikembalikan untuk anak cucu kelak, jadi harus dijaga dan dirawat jika sudah kurang sehat," ujarnya.
Sabna juga menegaskan bahwa Kohati tidak akan berhenti pada satu kegiatan, melainkan akan terus menjalin kolaborasi dan mengembangkan program-program yang berbasis pada kebutuhan lingkungan dan pemberdayaan perempuan.Praktik Pembuatan Biopori: Solusi Sederhana, Dampak Besar setelah sesi diskusi, peserta diajak terjun langsung dalam praktik pembuatan lubang biopori di lingkungan sekitar lokasi acara. Pembuatan biopori dipandu oleh tim PSA Bocah Pintar dan melibatkan para peserta dalam seluruh prosesnya. Lubang biopori adalah salah satu metode sederhana namun efektif untuk mengatasi masalah genangan air, meningkatkan daya serap tanah, dan mengolah sampah organik menjadi kompos alami. Adapun langkah-langkah pembuatan biopori adalah sebagai berikut
Lubangi tanah sedalam 80–100 cm dengan diameter sekitar 10–15 cm menggunakan bor biopori atau alat sejenis.
Masukkan sampah organik seperti sisa sayuran, daun kering, atau limbah dapur non-plastik ke dalam lubang.
Tutup bagian atas dengan jeruji besi atau pipa berlubang agar tetap aman dan tidak tersumbat.
Biarkan proses penguraian terjadi secara alami, yang akan meningkatkan kualitas tanah dan menjadi habitat mikroorganisme.
Biopori juga berfungsi sebagai sumur resapan kecil yang mempercepat infiltrasi air hujan ke dalam tanah, mengurangi risiko banjir lokal, serta membantu menjaga keseimbangan ekosistem tanah.
Komitmen Jangka Panjang
Melalui kegiatan ini, Kohati Cabang Sukoharjo menegaskan komitmennya dalam membangun gerakan lingkungan yang berbasis pada partisipasi perempuan. Program Puspa Iklim diharapkan menjadi cikal bakal kampanye lingkungan berkelanjutan yang menyasar masyarakat akar rumput.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa isu lingkungan tidak bisa dilepaskan dari persoalan sosial, dan perempuan bukan hanya korban, melainkan juga pelaku perubahan yang aktif.
Sebagai rencana tindak lanjut, Kohati akan menyusun modul edukasi lingkungan berbasis komunitas, memperluas kolaborasi dengan lembaga lain, serta menggelar pelatihan-pelatihan lanjutan di wilayah Sukoharjo dan sekitarnya.
Ratih/Red

إرسال تعليق