Petrus Herman, Soal Insiden Sukabumi : Pentingnya Toleransi Beragama, Untuk Saling Mengenal Serta Menghargai Perbedaan, Negara Harus Hadir



Petrus Herman, Soal Insiden Sukabumi : Pentingnya Toleransi Beragama, Untuk Saling Mengenal Serta Menghargai Perbedaan, Negara Harus Hadir



ANEKAFAKTA.COM,Tangerang

Kasus intoleran sekelompok orang di Cidahu, Sukabumi, Bogor, yang melakukan perusakan terhadap bangunan vila berakhir damai. Meski demikian, proses hukumnya tetap berjalan karena pemilik vila melakukan pelaporan ke polisi.

Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi, juga ikut memberikan perhatian pada peristiwa intoleran pembubaran retreat pemuda Kristen yang diwarnai perusakan vila oleh sekelompok orang.

Gubernur Jabar meninjau langsung ke tempat kejadian di Kampung Tangkil RT 004/RW 001, Desa Tangkil, Cidahu, Sukabumi.


Di sana ia bertemu langsung dengan pemilik vila dan menyerap aspirasi warga sekitar atas masalah ini agar tidak terulang kembali.

Dedy Mulyadi yang terkenal dengan sebutan KDM ikut menyerahkan bantuan Rp100 juta untuk biaya renovasi bangunan yang dirusak oleh sekelompok warga.

Pemprov Jabar juga memberikan trauma healing bagi penghuni vila dan warga yang terdampak dari pembubaran yang disertai perusakan vila milik Maria Veronica Nina itu.


"Kerukunan antarumat beragama harus terus dijunjung tinggi. Kita harus hidup rukun, saling menghargai, dan menghormati perbedaan. Jangan sampai perbedaan keyakinan menjadi alat perpecahan," kata KDM, Senin 30 Juni 2025.

Mengenai proses hukumnya, Pemprov menyerahkan sepenuhnya kepada petugas penegak hukum dan tidak akan mengintervensi.

Penjelasan Kapolres Sukabumi
Di sisi lain, Kapolres Sukabumi AKBP Samian, mengatakan, kasusnya sedang dalam penyelidikan aparat Kepolisian.


Menurut dia, ada sembilan saksi yang sudah diperiksa serta dimintai keterangan polisi.

"Dari pemilik bangunan atau korban, benar membuat laporan, dan laporan dengan cepat ditangani Polres Sukabumi dan saat ini sedang proses penyelidikan. Namun komunikasi antara pihak kami juga masih berjalan," ungkap Samian.

Ia menjelaskan, dugaan penyebab insiden adalah warga terpicu emosinya karena rumah singgah sering dijadikan tempat beribadah.


Inilah yang menimbulkan mispersepsi yang berujung warga mempertanyakan izin penggunaannya sebagai tempat ibadah.

"Jadi bangunan adalah rumah singgah, lalu saat kejadian ditemukan oleh warga tengah digunakan ibadah. Nah inilah mispersepsi yang terjadi, sehingga terjadi kesalahpahaman dan terjadi sedikit insiden," paparnya.

Untuk saat ini, kegiatan ibadah di rumah saat ini dihentikan sementara untuk kondusifitas di masyarakat. Kepolisian dengan unsur Forkopimda, MUI, dan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) telah melakukan pertemuan guna memastikan kondisinya.


Dalam menanggapi insiden yang kerap terjadi yakni intoleransi pegiat demokrasi asal kota Tangerang Petrus Herman memberikan pandangan serta pendapat,


*"Intoleransi di Sukabumi atau daerah lain di Indonesia tentu sangat memprihatinkan"*

Petrus Herman Sebagai salah satu pendukung Demokrasi asal Kota Tangerang dalam memberikan pendapatnya terkait insiden Intoleran yang terjadi di Sukabumi menegakan
"penting untuk memahami bahwa intoleransi sering kali muncul dari beberapa faktor seperti Globalisasi Perkembangan situasi global yang memudarkan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan".

Lebih lanjut Aktifis Pro Demokrasi ini mengatakan
"Kesenjangan Sosial Ekonomi dan pendidikan yang tidak merata, menyebabkan kesenjangan sosial yang memicu intoleransi".
Penggunaan Media Sosial yang Tidak Bijak, Internet dan media sosial dapat memicu berbagai masalah tanpa serangan fisik, seperti ujaran kebencian katanya.

Dalam konteks kasus intoleransi di Sukabumi, beberapa contoh tindakan intoleransi yang mungkin terjadi antara lain

Merendahkan atau Mengejek Orang Lain, Berdasarkan perbedaan agama, suku, ras, atau gender.
Penolakan terhadap Perbedaan, Seperti penolakan pembangunan gereja atau penolakan kepala dusun wanita.

Akibatnya muncul Kekerasan terhadap Kelompok Tertentu, Seperti kasus penyerangan gereja.

*Untuk mengatasi intoleransi, menurutnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:*

1. Tidak Memaksakan Kehendak Mengelola keinginan dengan tidak memaksakan diri sendiri untuk dinilai baik oleh orang lain.


2. Peduli terhadap Lingkungan Sekitar, Menghadirkan lingkungan yang sehat, tentram, dan saling menghormati.

3. Moderasi Lintas Suku Bangsa, Ras, Kepercayaan, dan Agama, Menghargai perbedaan dan tidak menganggap diri sendiri paling baik.

Dalam perspektif Islam, agama yang mayoritas dianut di Indonesia, toleransi sangat dijunjung tinggi.

Seperti yang tertuang dalam QS. al-Hujurat ayat 13, yang mengajarkan untuk saling mengenal dan menghargai perbedaan.

Selain itu, konsep "tidak ada paksaan dalam beragama" dalam QS. al-Baqarah juga menunjukkan pentingnya toleransi beragama, dalam beberapa kasus terakhir soal intoleransi menurutnya pemerintah atau negara harus bisa hadir untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang kerap terjadi, sebagai sesama anak bangsa tentunya kita memiliki persamaan hak , hak berserikat dan berkumpul hak beragama, yang tentu saja hal ini dilindungi oleh undang-undang sesuai dengan yang termaktub dalam undang-undang Dasar 1945 serta bagian dari pengimplementasian sila ke 3 dari Pancasila yakni Persatuan Indonesia pungkasnya.


Editor: D.Wahyudi 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama