BPK Wilayah 8 Memfasilitasi Pemajuan Kebudayaan Melalui Kegiatan Workshop Sastra Betawi di SMP Putra Satria
ANEKAFAKTA.COM,JAKARTA
Sastra Betawi merupakan salah satu warisan budaya yang lahir dari kearifan lokal masyarakat Betawi. Pantun, Sohibul Hikayat, dan bentuk-bentuk sastra lainnya tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sarana pendidikan moral, penyampai nilai-nilai kehidupan, serta penguat identitas budaya. Melalui kegiatan ini, harapannya tidak hanya menjaga kelestarian warisan tersebut, tetapi juga menanamkan kecintaan pada budaya kepada generasi muda.
Demikian pernyataan Wahyu pimpinan rombongan BPK (Balai Pelestarian Kebudayaan) Wilayah VIII dalam kata sambutannya dan sekaligus membuka kegiatan FPK (Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan) Tahun 2025 bertajuk Workshop Sastra Betawi "Pantun & Sohibul Hikayat" pada Rabu-Kamis, 17-18 September 2025 di Aula SMP Putra Satria Lt. 2 Jl. Ciledug Raya No. 46 RT. 006/004 Kel. Petukangan Utara Kec. Pesanggrahan Kota Adm Jakarta Selatan.
Turut hadir, H. Naupal Haryawan perwakilan Yayasan Pendidikan Putra Satria, Johan Wahyudi selaku Kepala Sekolah SMP Putra Satria, Agus sebagai Pengurus MGMP Seni Budaya SMP Jakarta Selatan, R Panca Nur tokoh muda Betawi, Nasir Mupid sebagai narasumber, Arbi Maswito selaku moderator, Abdul Aziz sebagai narasumber sekaligus penerima manfaat program FPK 2025 BPK Wil 8, Tenaga Pendidik dan Peserta Didik SMP/SMK Putra Satria sebagai peserta kegiatan.
Dijelaskannya bahwa saya mewakili Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII merasa bangga dapat mendukung kegiatan ini melalui program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan Tahun 2025. Semoga kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran yang inspiratif bagi tenaga pendidik dan peserta didik, sekaligus memperkuat peran budaya dalam dunia pendidikan.
"Pelestarian budaya tidak bisa dilakukan sendiri. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, komunitas budaya, para seniman, akademisi, tenaga pendidik, hingga generasi muda. Dengan semangat gotong royong inilah, kita dapat menjaga agar tradisi sastra Betawi tetap hidup, berkembang, dan relevan di tengah arus modernisasi," jelasnya.
Senada dengan itu, H. Naupal Haryawan yang dalam hal ini mewakili pengurus Yayasan Pendidikan Putra Satria menegaskan bahwa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh yang terlibat menyukseskan kegiatan ini, khususnya BPK Wilayah 8. Semoga kegiatan ini menjadi pembelajaran yang sangat penting bagi peserta didik untuk mengenal Sastra Betawi dalam hal ini pantun dan sohibul hikayat karena telah menjadi warisan budaya takbenda Provinsi DKI Jakarta.
"Mudah-mudahan dengan kegiatan ini, para peserta lebih mengenal bahasa, logat, dialek Betawi yang mempunyai ciri khas masing-masing sesuai dengan wilayahnya. Seperti bahasa Betawi Tengah, bahasa Betawi Pinggir/Ora, dan bahasa Betawi Pesisir," tegasnya.
Dikesempatan yang sama, Johan Wahyudi selaku Kepala Sekolah SMP Putra Satria menuturkan bahwa ditengah-tengah digitalisasi dan modernisasi kita bersama mengadakan workshop kebudayaan yang sangat jarang sekali. Alhamdulillah, kalau di SMP Putra Satria ada Mulok (Muatan Lokal) berkolaborasi dengan Mapel (Mata Pelajaran) khusus yaitu Pendidikan Seni Budaya Jakarta, khusus mempelajari seni budaya Betawi yang secara kebetulan menjadi salah satu ikon kampung Petukangan adalah kampung budaya di Jakarta.
"Diharapkan kegiatan yang singkat ini selama dua hari dapat berkelanjutan dengan secara rutin dan bertahap, sehingga betul-betul sekolah Putra Satria ini menjadi Pusat Studi Budaya Betawi di wilayah Provinsi DKI Jakarta," tuturnya.
Menurut Agus sebagai pengurus MGMP Seni Budaya SMP Jakarta Selatan bahwa kegiatan ini sangat ditunggu-tunggu di wilayah Kec. Pesanggrahan dan kami berharap ada sentralisasi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Seni Budaya Betawi secara rutin dan kontinyu di Putra Satria.
"Pelaksanaan Diklat Seni Budaya Betawi ini tentu pesertanya terdiri dari siswa-siswi SMP/SMK di wilayah Kec. Pesanggrahan," tandasnya.
Disamping itu, Nasir Mupid salah satu narasumber mengatakan bahwa pantun dasarnya dari dua kata yaitu sopan dan santun. Pantun Melayu adalah tempat perkembangan dari budaya tersebut karena setiap tempat atau wilayah masyarakat yang ada pasti memiliki tradisinya masing masing. Hal ini yang membuat adanya perbedaan dalam hal budaya.
"Kita tahu sendiri bahwa bahasa Melayu dan bahasa Betawi memiliki kosakata serta dialek atau cara bicara yang berbeda, hal tersebut yang membuat Pantun dari Betawi dan Melayu berbeda," pungkasnya.
Selanjutnya Abdul Aziz sebagai penerima manfaat program FPK 2025 BPK Wilayah 8 dan sekaligus narasumber menambahkan bahwa pantun adalah percakapan sehari-hari masyarakat dengan menyambungkan suatu suku kata dan pantun juga memiliki berbagai macam. seperti pantun normal yang biasanya memiliki 4 bait, pantun kilat yang memiliki 2 bait, dan ada juga pantun cerita yang isinya kisah seorang tokoh selama hidupnya dan lain sebagainya.
"Sedangkan Sohibul Hikayat jika ditilik dari sudut pandang bahasa adalah bersumber dari bahasa Arab yang artinya "yang punya cerita". Tokoh Sohibul Hikayat yang sangat terkenal dan sering mengudara di Radio Nasional pada jamannya yaitu A. Sofyan Zahid. Sohibul Hikayat menceritakan kisah-kisah seribu satu malam atau cerita kerajaan-kerajaan Melayu," imbuhnya.
Ziz/Red




Posting Komentar