Menjual Barang Palsu, No Way !!

Menjual Barang Palsu, No Way !!

Oleh : Masline Farrel Nababan


Siapa yang tidak kenal dengan Negara Republik Rakyat China (RRC). Sejak berabad-abad yang lalu, negara berpenduduk terbesar di dunia ini sudah dikenal sebagai bangsa pedagang. Sejarah China selalu menyajikan kepintaran dan keuletan bangsanya, terutama dalam bidang seni dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dan serta bidang perdagangan.

Kalau kita datang ke negara manapun di dunia ini, hampir dipastikan akan selalu bertemu dengan bangsa China. Uniknya, hampir sebagian besar profesi utama mereka adalah sebagai pedagang. Kemahiran mereka berdagang sudah diakui sejak zaman dahulu kala hingga sekarang.


Sejak 1949 pemerintahan China yang semula berbentuk kerajaan lalu berubah menjadi Republik dengan nama Republik Rakyat China (RRC) dan pemerintahannya  menganut paham komunisme.  Ketika itu pemerintahan China mengambil sikap politik tertutup dari dunia luar sehingga dikenal dengan julukan "negara tirai bambu".

Pada 1978, dibawah pimpinan Partai Komunis China (PKC), negara Panda ini mulai melakukan reformasi. Politik mereka semula tertutup berubah menjadi terbuka terhadap dunia luar. Selama puluhan tahun repormasi dan keterbukaan, wajah negera ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan ini tidak terlepas dari peran PKC yang berani melakukan terobosan dengan mereformasi negaranya secara besar-besaran dan menciptakan sistemnya yang unik : "You Zhongguo Tese De Shehuizhuyi" atau "Sosialisme yang Bercirikan China".


Pidato Deng Xiaoping dalam Konggres Nasional PKC ke-14, pada September 1992, telah melahirkan rumusan Ekonomi Pasar Sosialis. Kebijakan yang dituangkan dalam garis besar haluan negara ini yang akhirnya menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi RRC sampai sekarng.

Industri dan Barang Palsu

Kecerdasan dan keuletan bangsa China memang tidak kita ragukan lagi, namun sayangnya hal tersebut tidak diimbangi dengan moral yang baik. Hal ini terbukti dengan maraknya barang-barang palsu buatan China. Tentu perbuatan memalsukan produk dengan merk ternama ini sangat menguntungkan penjualnya namun sebaliknya sangat merugikan konsumen. Produk yang diberi merk sama dengan aslinya, namun dengan kualitas yang dibawah standar.

Beberapa tempat pusat penjualan produk palsu sangat banyak di china, diantaranya di daerah Shandong. Ditengah kota ini, tepatnya dijalan Jimo Lu (Pasar Jimo) terdapat pasar barang palsu. Di tempat ini banyak dijual barang palsu dengan harga miring sehingga membuat pengunjung, terutama turis asing bisa terjebak. Sangat sulit membedakan mana barang yang asli maupun yang palsu.

Jika Anda kebetulan sedang berwisata belanja ke pasar ini, jangan kaget jika anda melihat betapa banyaknya barang merek terkenal bertaburan, seperti misalnya produk merek Hermes, Gucci, Prada dan lainnya. Bahkan jam tangan Rolex palsu  dan berbagai tas bermerek lainnya juga dijual disini. Kalau kita berpikiran kotor dan ingin mencari keuntungan, tentu bisa memborong barang-barang palsu tersebut kemudian dijual di Indonesia, maka keuntungan besar sudah ada dihadapan anda.

Pemalsuan berbagai macam produk manca negara yang dilakukan China tentu mengundang reaksi keras dari negara-negara yang merek dagangnya dipalsukan. Beberapa negara pemegang merek terkenal seperti Amerika, France, Italy, German, England dan lain-lain. Mereka melancarkannota protes terhadap China. Sayangnya hal itu kurang membuahkan hasil, walau pemerintah China sebenarnya juga sudah berusaha untuk mengatasi hal ini dengan cara melakukan razia. Terbukti dengan semakin maraknya berbagai barang palsu dari China di seluruh dunia.

Bagi pengusaha nakal di China, memproduksi barang palsu khususnya tas tidak semudah dulu. Misalnya daerah sentra industri tas palsu seperti daerah "San Yuen Li" di Guangzhou. Pemerintah China begitu ketat melakukan razia, baik di toko-toko maupun langsung ke pabrik-pabrik. Jika ada pengusaha yang terbukti melakukan kecurangan dengan memproduksi barang palsu, maka pemerintah China tidak segan-segan mengenakan denda yang cukup tinggi kepada pengusaha tersebut. Kini para pengusaha yang selama ini memproduksi barang palsu akhirnya susah menjual produk mereka.

Beberapa daerah yang selama ini dikenal sebagai sentra penjualan produk palsu seperti di daerah Baiyun dan Beijing Lu, yang dulu ramai, kini kondisinya lesu dan memprihatinkan.  Banyak toko-toko tutup akibat kehilangan pembeli. Usaha mereka bangkrut akibat kebijakan pemerintahnya.

Sebagian pengusaha asal RRC yang panik karena sering di sweeping oleh pemerintahnya tersebut akhirnya ngacir ke Indonesia. Mereka jemput bola membawa barang palsu tersebut, lalu masuk ke pusat-pusat perdagangan seperti ITC Mangga Dua,  Pasar Pagi Mangga dua, Blok A tanah Abang, Pasar Grosir Senen Jaya, dan Pasar Pagi Lama,  bahkan sampai ke sentra grosir di pelosok daerah  untuk menawarkan produk palsu mereka.

Kegiatan warga RRC ini sebenarnya illegal, karena ada kemungkina sebagian besar mereka tidak punya ijin kerja di Indonesia. Anehnya, sampai sekarang dengan sangat mudah kita bisa menemukan para warga RRC yang berkeliaran di pusat perdagangan grosir di Indonesia. Memang agak sulit membedakan antara warga Indonesia keturunan China dengan warga RRC apabila Anda tidak mendengarkan ketika mereka sedang berbicara. Kita akan tahu kalau mereka bukan warga Indonesia kalau kita mendengar mereka bicara, karena kebanyakan mereka memang tidak bisa berbahasa Indonesia.

Kejadian diatas seharusnya tidak perlu terjadi kalau pemerintah kita menjalankan tugasnya dengan baik. Mungkin ini bisa menjadi koreksi untuk pemerintah kita, khususnya bagian imigrasi yang kurang jeli melihat penyimpangan yang terjadi.

Bagi pedagang Indonesia yang belum sempat berbelanja langsung ke RRC, tidak sulit kok untuk membedakan antara barang asli dengan barang palsu.  Barang palsu umumnya berkualitas rendah. Berbisnis dengan tenaga ilegal tersebut juga sangat mudah, sebab rata-rata mereka siap dibayar setelah barang diterima ditempat kita.

Kebanyakan tenaga kerja ilegal warga RRC tersebut tinggal apartment daerah Kota dan Mangga dua. Mereka berbaur dengan warga Indonesia keturunan China agar penyamaran mereka tidak mudah diketahui aparat. Kembali lagi Aku bertanya dalam hati, apakah hal ini tidak tercium oleh petugas imigrasi ? Atau jangan-jangan ada permainan alias udang dibalik batu ?

Rasanya sangat mudah mengenali keberadaan warga RRC ilegal ini. Caranya yaitu Anda hanya dengan duduk di seputar toko yang menjual barang-barang palsu di pusat grosir tersebut. Tidak lama kemudian akan datang sales yang menawarkan barang palsu kepada anda sambil membawa sample. Bayangkan sangat mudah bukan? Semoga tulisan ini berguna juga sebagai kritik, bukan hanya ke pedagang barang palsu tapi juga ke petugas imigrasi yang malas untuk melakukan pekerjaannya menangkap para tenaga kerja ilegal.

Terus terang, melihat kejadian ini jadi pelajaran berharga buatku. Lima tahun ke belakang aku pernah berbisnis produk palsu. Bisnis ini begitu menggiurkan dan mudah dilakukan. Betapa tidak, keuntungan yang diperoleh dari menjual prodcukup membuat pundi-pundi uangku semakin bertambah. Lalu timbul kesadaran dalam diriku agar tidak melanjutkan berbisnis dengan cara seperti ini. Aku bersyukur, sebab sejak 5 tahun lalu itu pun aku mengambil sebuah keputusan penting, yaitu tidak akan menjual barang palsu lagi.

Keputusan berani itu tentu menimbulkan dampak yang luar biasa. Omzet penjualan perusahaanku ketika itu turun drastis sekitar 2,5 m setiap bulan. Aku menyadari kalau ini merupakan cobaan buatku. Aku harus tetap survive dan menjalankan bisnis dengan cara yang benar. Berbisnis bagiku bukan sekedar mencari harta, melainkan kepuasaan batin.

Keputusan menjalankan bisnis dengan benar dan hanya mengikuti jalan Tuhan merupakan dampak dari kegiatan yang Aku lakukan selama ini dalam KBC (Kingdom Bussiness Comunity), yaitu sebuah organisasi komunitas dunia usaha yang Berpusatkan pada Allah. Melalui organisasi ini karakterku terbangun menjadi semakin baik dan berkualitas. Bisnis bagiku bukan semata-mata hanya untuk meraih kekayaan untuk diriku sendiri dan keluarga, melainkan lebih dari itu  yaitu untuk mengabdi kepada-Nya dalam bentuk kepedulian kepada sesama manusia.

Jujur Aku akui,  walau menjual barang palsu sangat mengasikkan, tetapi Aku merasa tidak nyaman melakukannya. Kalau berbisnis dengan cara itu terus kulakukan, sepertinya aku melakukan hal yang bodoh dan memalukan. Menjual barang palsu juga perbuatan yang tidak kreatif dan tidak cerdas.

Aku mengambil keputusan waktu itu dengan tekad yang bulat dan tanpa penyesalan, and I am very happy. Meskipun keputusan itu membuat pendapatan bisnisku waktu itu melorot tajam, namun hal itu tidak membuatku jatuh miskin. Aku justru menjadi semakin kuat dan semangat kerjaku seolah-olah bertambah 1800 dari sebelumnya. Aku bahkan seperti orang yang tidak bisa diam, menjadi lebih kreatif dan dinamis.  Bahkan kini usahaku sudah semakin maju dan terus berkembang. Asetku terus bertambah jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya.


Jadi, kalau bisa menjual yang asli, mengapa harus yang palsu. Kalau mau maju harus berani mengambil resiko. Berbisnis yang jujur itu jauh lebih baik. Menjual barang palsu, No Way !

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama