Edisi 2, Mengenal Lebih Dekat Musik Tradisional Daul Combo Di Sampang
SAMPANG, Anekafakta.com - Parnan Sugali Ketua Divisi Sosial, Budaya dan Kesenian SP2M Korda Madura melanjutkan paparannya tentang "Mengenal Lebih Dekat Musik Tradisional Daul Combo di Sampang" Madura Jawa Timur rabu 1/4
Dari berbagai sumber serta refrensi yang didapat mulai dikenalnya Musik Sahur di Sampang (sebelum menjadi Daul Combo) pada tahun 1960 di Perkotaan yang dimulai oleh Pemuda di Kampung Kajuk (jalan Pemuda dan sekitarnya serta Kampung Masegit (utara Masjid Agung-sekarang) dimungkinkan karena di Pedesaan masih belum terpantau atau cara yang dilakukan tanpa menggunakan alat musik seperti layaknya di Perkotaan
Seiring perkembangannya mulai banyak Kampung yang melakukan kegiatan tersebut hingga dinamakan "Ur Saur", Kampung yang mengikuti jejak dua Kampung legenda " Ur Saur" ini adalah Kampung Tapsiun (jalan Garuda), Kampung Pandiyen (jalan Delima), Kampung Jhuk Lanteng (Banyuanyar)
Kemunculan dari Kampung Kampung yang lain ini lebih dominan didominasi karena latar belakang mengkonsolidasikan Perkuatan serta Persatuan para Pemuda berbasis Islam dengan maksud memperkuat Keamanan Lingkungan Kampung
Adapun alat musik pokok "Ur Saur" yang digunakan dan masih dianggap pakem hingga sekarang adalah Jidor, Gendang, Ecek ecek (Dep), Seruling dan corong terbuat dari seng untuk mengeraskan suara vokalisnya
Disebut oleh Parman Sugali, saat itu sempat muncul dua perbedaan pandangan dalam penggunaan alat musik, ada yang melarang penggunaan Seruling dan ada juga yang memperbolehkan nya
Pasca peristiwa Pemberontakan PKI tahun 1965 kegiatan tersebut sempat vakum, dan berlanjut di era tahun 1970 - 1972 yang dimotori oleh Pemuda, Pelajar dan Perantau Sampang (P3S) bahkan di era tersebut P3S rutin menggelar Lomba "Ur Saur", langkah tersebut dilanjutkan oleh Generasi berikutnya yang tergabung dalam Pemuda Perantau Sampang (P2S). (Imade)
إرسال تعليق