SIPA 2025 Featuring ISI Surakarta Gelar Panggung Seni Bertaraf Internasional
ANEKAFAKTA.COM,SURAKARTA
Solo International Performing Arts (SIPA) 2025 mengadakan panggung kolaborasi bersama Institute Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada Jumat (05/09/2025) di Teater Besar ISI Surakarta. Acara ini dihadiri oleh beberapa delegasi luar negeri dan luar negeri, yaitu, Korea Selatan, Spanyol, Amerika Serikat, serta Bengkulu sebagai perwakilan Indonesia.
Acara dibuka dengan sambutan oleh Rektor ISI Surakarta, Dr I Nyoman Sukerna, S.Kar, M.Hum. la mengungkapkan, pada tahun, kerjasama antara SIPA dan ISI telah memasuki tahun ke-2
"Tujuan dari acara ini, selain untuk memberikan wadah bagi seniman untuk mengekspresikan ide- ide kreatif mereka, juga untuk memperkenalkan kekayaan seni dan budaya lokal kepada dunia Internasional," imbuhnya
Colectivo Glovo, delegasi Spanyol, membuka penampilan dalam acara ini dengan pertunjukan bertajuk "Allio", Dilanjutkan penampilan berjudul "How's Open" oleh POD Dance Project dari Korea Selatan. Khambatta Dance Company, delegasi Amerika Serikat menampilkan "Dream In The Back of Your Head". Kemudian, Dongbaek Circus dari Korea Selatan membawakan pertunjukan bertajuk "Dongbaek Carnival". Terakhir ditutup oleh penampilan dari Rentak Gading Ethnic dari Bengkulu, "Saut Sepokok dan Genderang Khitmat"
Kolaborasi ini merupakan salah satu apresiasi dari SIPA terhadap ISI Surakarta yang telah melahirkan seniman dan juga berperan dalam melestarikan seni dan budaya Nusantara. Pertunjukan di ISI Surakarta menjadi salah satu sorotan utama dalam rangkaian acara dan menegaskan peran kampus seni tersebut sebagai pusat kreativitas
Hari Kedua SIPA 2025: Merayakan Keberagaman Seni Pertunjukan di ISI Surakarta dan
Pura Mangkunegaran
SURAKARTA (05/09/2025) Solo International Performing Arts (SIPA) 2025 kembali
menghadirkan pesonanya pada hari kedua pelaksanaan. Berbeda dengan hari sebelumnya, penampilan hari ini terbagi ke dalam dua sesi di dua panggung bergengsi: Teater Besar Gendhon Humardani ISI Surakarta pada siang hari dan Pamedan Pura Mangkunegaran pada malam hari. Sebanyak sepuluh penampilan tersaji pada hari ini, menampilkan kekayaan budaya dari berbagai daerah di Indonesia hingga repertoar seni mancanegara
Dalam momen ini, Rektor ISI Surakarta, Dr. I Nyoman Sukerna, S. Kar, M. Hum, juga menyampaikan sambutan hangatnya kepada seluruh tamu yang hadir memeriahkan acara SIPA 2025. la mengungkap, kerja sama antara SIPA dan ISI telah mencapai tahun ke-2 nya.
"Tujuan dari acara ini, selain untuk memberikan wadah bagi seniman untuk mengekspresikan ide-ide kreatif mereka, juga untuk memperkenalkan kekayaan seni dan budaya lokal kepada dunia Internasional," tutur I Nyoman Sukerna.
Dimulai pukul 14.00 WIB, panggung Teater Besar ISI Surakarta menampilkan deretan karya internasional. Dongbaek Circus dan POD Dance Project dari Korea Selatan, Khambatta Dance Company dari Amerika Serikat, Colectivo Glovo dari Spanyol, serta Rentak Gading Ethnic asal Bengkulu tampil dengan karya-karya eksploratif yang memadukan tradisi dari daerah dan negara asal masing-masing seniman dengan movasi artistik yang memanjakan mata penonton.
Sementara itu, malam hari di Pamedan Pura Mangkunegaran menghadirkan nuansa berbeda dengan deretan karya yang sarat makna budaya. Malam hari di Pamedan Pura Mangkunegaran semakin semarak dengan penampilan delegasi dari berbagai negara. Dari Malaysia, Sanggar Kirana membawakan empat karya gamelan Melayu yang memadukan tradisi dengan nuansa lintas budaya. Sementara itu, dari Indonesia hadir tiga daerah berbeda, yakni Darryl Simeon mewakili Halmahera Barat dengan karya "Sio Ake Wayoli", Congwayndut mewakili Sole dengan karya "Dibuang Sayang", serta Sanggar Seni Lepas mewakili Sumbawa Barat lewat. "Kenre Baragi yang penuh energi. Kehadiran Belanda melalui seniman PARRA DICE of Erasmus Huis juga menambah warna yang sarat pesan kebersamaan. Dari Malaysia, Sanggar Kirana menampilkan empat karya: Isang yang menggambarkan keceriaan gotong royong jelang pesta pernikahan, Tyauhaar yang memadukan gamelan Melayu dengan nuansa festival India, Little Emperor yang bercerita tentang kaisar kecil Tiongkok yang nakal, serta Patih Gadjah Mada yang mengangkat kisah perang Majapahit dan Bali Aga sebelum akhimya berakhir dalam pilihan damai.
Sedangkan, dari Halmahera Barat, karya Sio Ake Wayoli hadir sebagai representasi kuat identitas masyarakat Maluku Utara. Melalui gerak, musik, dan nyanyian khas, karya ini menuturkan hubungan manusia dengan alam sekaligus memperlihatkan kearifan lokal yang diwariskan lintas generasi
Sementara itu, Solo melalui kelompok Congwayndut menghadirkan karya Dibuang Sayang yang mengangkat makna filosofi Jawa tentang menghargai sesuatu yang sederhana namun berharga. Sumbawa Barat turut menyumbangkan warna lewat Sanggar Seni Lepas dengan karya Kenre Baragi, sebuah eksplorasi tari dan musik yang memancarkan energi kebersamaan,
Tak ketinggalan, grup PARRA DICE asal Belanda menghadirkan karya PARRA DICE@ INDONESIE, sebuah eksplorasi musikal kolektif yang merangkai narasi melodi dan ritme jazz dengan penuh energi dan interaksi.
Akhirnya, puncak acara ditutup dengan penampilan bintang tamu Sandhy Sondoro bersama Indro Harjodikoro & Band yang menyuguhkan harmoni musik penuh energi, menutup hari kedua SIPA 2025 dengan meriah.
Ratih/Red
إرسال تعليق